26.12.09

JOURNEY TO EAST, part three

SUMENEP

Selepas dari Kamal, kendaraan kembali melaju untuk melanjutkan perjalanan menuju Sumenep. Madura sebagai salah satu pulau terbesar di Propinsi Jawa Timur semenjak dibukanya Jembatan Suramadu yang menghubungkan kedua buah pulau tersebut mulai berbenah, hal ini nampak terlihat dari ramainya arus lalulintas yang kami temui sepanjang perjalanan menuju ujung timur Pulau Madura.

Dengan tujuan akhir kami adalah Kabupaten Sumenep, atau orang Madura lebih suka menyebutnya sebagai Sumenep saja, maka perjalanan sepanjang kurang lebih 170 km yang kami tempuh hampir dapat dikatakan perjalanan mengelilingi Pulau Madura.

Kenapa demikian ?, Ya Tentu saja, karena Sumenep berada paling ujung timur dari Madura, sehingga untuk dapat mencapai Sumenep, maka ke-3 kabupaten yang lainnya, yaitu Bangkalan, Sampang dan Pamekasan harus dilewati terlebih dahulu.



TAMAN ADIPURA SUMENEP

Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan dari Kamal-Bangkalan, akhirnya menjelang siang sekitar pukul 12.00 tibalah kami di Sumenep. Sebagai sebuah kota kecil dengan luas wilayah 2.000 km2 ( dengan luas daratan 1.147 km2 dan kepulauan seluas 853 km2 ), Sumenep dapat dikatakan cukup asri dan bersih, hal ini terbukti pada tahun 2008 untuk ke-tiga kalinya Sumenep mendapat penghargaan Adipura dengan kategori Kota Terbersih dan Rindang, setelah sebelumnya pada tahun 1995 dan 2006 juga mendapatkan penghargaan yang sama.















Sebagai wujud penghargaan atas prestasi Penghargaan Adipura yang kedua, maka pada tahun 2006 Pemda Sumenep membangun Taman Adipura atau masyarakat Sumenep lebih sering menyebutnya Taman Bunga yang berada tepat ditengah-tengah kota. Yang lebih uniknya lagi, karena Sumenep merupakan sentra tanaman Cemara Udang, maka disetiap 30 m sepanjang jalan utama dihiasi dengan tanaman cemara udang di trotoarnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan Sumenep kota yang bersih dan asri.
























MASJID AGUNG SUMENEP

Tepat didepan Taman Adipura yaitu di sebelah barat, menjulang sebuah bangunan tua bercat putih dipadu warna kuning ke-emasan. Bangunan kokoh yang menghadap ke arah matahari terbit yang dihiasi gerbang besar dengan pintu kayunya yang kuno, adalah Masjid Agung Sumenep, yang dulu lebih dikenal dengan nama Masjid Jami’.


Masjid Agung Sumenep dibangun atas perintah Adipati Sumenep, Pangeran Aria Asirudin Natakusuma I alias Panembahan Somala (1762-1811 M) pada tahun 1198 H (1779 M).


Masjid Agung Sumenep memiliki ciri arsitektur yang menarik yaitu perpaduan antara budaya Arab, Persia, Eropa,Jawa, India, dan Cina. Dengan ornamen dan warna menyala kuning ke-emasan, makin menunjukkan kuatnya pengaruh Gujarat-Cina, hal ini tidak terlepas dari arsitek pembangunnya, yaitu Lauw Piango.



Sentuhan budaya Arab-Persia terlihat pada kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan-kiri halaman masjid, sedangkan sentuhan budaya Jawa terlihat pada corak bangunan bersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi yang mengingatkan kita pada bentuk-bentuk khas candi Jawa.


Sedangkan adanya sentuhan kebudayaan Portugis, dipercaya sebagian orang dengan adanya pintu gerbang yang menyerupai gapura besar.


Masjid Agung Sumenep dengan usianya yang hampir mencapai 800 tahun tersebut dapat digolongkan sebagai salah satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia.

bersambung .................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas perhatian anda, silahkan tinggalkan pesan dan kesan anda