20.2.10

CP : PSA - 06 HAKEKAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN, bag tiga



Pemimpin yang baik adalah seseorang yang mampu menunjukkan loyalitasnya pada saat menjadi pimpinan ataupun bawahan. Kualitas pemimpin bawahan adalah orang yang mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap pimpinan atasannya, walaupun ia sadar tindakan yang ia ambil berlawanan dengan ide dan kata hatinya, serta tekesan bodoh bila tetap juga dilakukan, namun demikian kemampuan untuk menempatkan diri dan menjalankan perintah atasan dengan tetap memperlihatkan loyalitas dan kesetiaan, akan memberikan pemahaman tersendiri dari bawahannya dan mereka pada akhirnya memberikan respon dan respek yang baik kepada kita. Hal tersebut terlihat dari dukungan dan pengertian bawahan pada saat perintah atau tugas itu telah berhasil dilaksanakan dengan baik, yang ditandai dengan secara sadar mereka akan mengatakan : .......Komandan, Jangan Cemas, Kami tidak tahu tentang apa semuanya itu. Tapi orang-orang tahu Anda tidak akan berbuat apapun untuk memperbodoh diri Anda sendiri. Mereka mempercayai anda. Mereka tidak akan melakukan hal yang melawan anda, kami turut serta, sebab Anda membutuhkan hal itu, Tenang saja, Pak “.

CP : PSA : 2001 ; 253



Bagi pemimpin, pengakuan lebih besar artinya daripada penghargaan tertulis , Ia akan berprinsip : “...... Reputasi dibangun dari rangkaian prestasi, apabila kita hendak meraih prestasi dalam hal-hal besar, maka kita harus terbiasa dalam hal yang kecil-kecil “. Dan medali tidaklah begitu penting, karena pekerjaan bagi seorang perwira (pemimpin) adalah upaya menampilkan sesuatu dengan baik, maka laporan efisiensi ( laporan prestasi ) yang menonjolpun akan diterima.

CP : PSA : 2001 ; 258-259


Bagi pemimpin, persiapan dan proses yang berkelanjutan adalah lebih baik daripada sesuatu yang dipersiapkan secara mendadak, berat dan dalam waktu yang terbatas. CP : PSA : 2001 ; 327

Hal ini berkaitan dengan “wasrik / waslat” yang lazim dikalangan militer, para pengusung perubahan lebih menganjurkan adanya tindakan wasrik yang tidak perlu dijadwalkan untuk mendapatkan kualitas dan kewaspadaan dan kesiapan yang tinggi daripada kualitas sesaat yang didapatkan hanya dalam dua minggu dalam setahun.



Bagi pemimpin yang baik kualitas pribadinya ditunjukkan melalui loyalitas, sekali keputusan atasan telah dibuat, laksanakan seolah-olah itu adalah keputusannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pengertian tentang kesetiaan : “ apabila kita memperdebatkan suatu persoalan, kesetiaan, berarti memberikan pandangan yang paling jujur dari diri anda. Walaupun saya akan menyukai atau tidak. Tidak setuju, pada tahapan ini, menstimulasi saya. Tetapi satu kali keputusan telah dibuat, debat berakhir. Dari titik ini, kesetiaan berarti melaksanakan keputusan seolah-olah itu adalah keputusan anda.

CP : PSA : 2001 ; 398

CP : PSA - 05 HAKEKAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN, bag dua



Pemimpin adalah seseorang yang selalu menganggap semua hal adalah penting dan mempunyai arti, tidak terpengaruh pada kondisi, keadaan dan waktu dan situasi apapun yang sedang dihadapi, ia akan selalu berpikir : “...... jangan pernah mengabaikan yang kecil-kecil, bahkan terhadap kehadiran seekor hama pun. Saat – saat tertekan, kebingungan, dan keletihan adalah justru ketika kesalahan-kesalahan terjadi. Ketika pikiran sedang tumpul atau ketika kebingungan sang pemimpin muncul, Kewaspadaan harus dilipatgandakan. Selalu memeriksa hal-hal kecil. “

CP : PSA : 2001 ; 141


Inti keteguhan dari seorang pemimpin tercermin dari individualitasnya dalam profesi yang ditandai oleh keseragaman dan diri bawahannya, ia memang harus mengorbankan waktu dan pikirannya untuk memajukan organisasi dan mensejahterakan anggotanya, tetapi ia pun mempunyai keluarga yang perlu diperhatikan karena keluargalah yang menyokong keberhasilan seorang pemimpin. Nasihat Jenderal Bill De Puy (asisten Wakil Kepala Staf AD ) kepada CP : “... jangan pernah menjadi begitu termakan oleh pekerjaan anda, dimana tidak ada yang tersisa, sehingga tidak ada lagi untuk diri sendiri dan keluarga anda. Kita harus menyimpan beberapa bagian secara terpisah dan tidak boleh diganggu gugat, Jangan biarkan pekerjaan menguasai anda.”

CP : PSA : 2001 ; 206


Dalam setiap organisasi militer yang berhasil, dan saya duga dalam semua perusahaan yang berhasil, gaya-gaya kepemimpinan yang berbeda harus dihadirkan. Bila seseorang dipuncak tidak mempertunjukkan kualitas ini, orang yang mengelilinginya yang harus melengkapi. Apabila pejabat puncak memiliki visi dan hanya visi, maka ia membutuhkan sebuah kekuasaan, diperlukan seorangpendeta” ( = penyeimbang yang lebih lunak dan sabar, dalam kasus orang nomor satu adalah seseorang yang keras, pemberani, tegas dan kadang pemberang ), untuk melunakkan permintaan-permintaan yang tak menaruh belas kasihan dari yang lainnya. Lihat contoh soal dari kepemimpinan Mayor Jenderal Henry E “ sang penembak tempur “ Emerson, Komandan Divisi ke-2 yang membawahi pasukan amerika yang bertugas di Korea Selatan.

Dalam Divisi ke-2, peranan pendeta dimainkan oleh Brigjen Harry Brooks, asisiten komandan divisi,..... disaat penembak tempur mengada-ada, tidak sabar, menuntut, dan keras kepala. Harry Brooks memberikan keseimbangan, dingin dan rasional........

CP : PSA : 2001 ; 241

bersambung ke CP : PSA - 06

CP : PSA - 04 HAKEKAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN, bag satu



para pemimpin besar adalah hampir selalu menyederhanakan persoalan besar, yang mematahkan argumentasi, perdebatan, dan keraguan, menawarkan sebuah solusi yang setiap orang dapat memahaminya.......”

CP : PSA : 2001 ; 498


Pemimpin adalah seorang yang berani dan selalu optimis terhadap masa depan dan tantangan dan akan selalu berpikir : “ itu tidak akan seburuk kita pikir, itu akan terlihat lebih baik di pagi hari, periksalah hal-hal kecil, hati-hatilah terhadap pilihan kita. Kita mungkin mendapatkannya. “

CP : PSA : 2001 ; 516-517


Pemimpin yang berhasil adalah seseorang yang berani mengatakan dan berpendapat : “ masa depan bukan sebagaimana mestinya CP : PSA : 2001 ; 507 , karena perubahan itu ada didepan mata, dan dengan kepemimpinannya akan menciptakan perubahan.


Pemimpin yang berjiwa besar adalah seseorang yang bisa menghargai dan bangga terhadap jalan yang telah dibuat para pendahulunya, terutama oleh para bawahan yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kejayaaan corps, satuan. Tercermin dari catatan kecil CP pada malam terakhir ia di Gedung Putih, di sebuah resepsi di ruang timur, seorang pramusaji kulit hitam mendatangi CP dan berkata : “ Pak, saya adalah bintara di Angkatan Darat dalam Perang Dunia II,” seorang tentara tua yang terkucil. “ Saya tidak pernah berpikir melihat seorang Jenderal Kulit Hitam berada dalam ruangan ini. Saya hanya ingin Bapak mengetahui betapa bangganya kami semua.”

saya mengerti hal itu “, Tetapi anda belum semuanya tepat. “ saya adalah seorang yang bangga terhadap apa yang kalian semua lakukan, karena telah merambas ( membuka ) jalan untuk kami.”

CP : PSA : 2001 ; 503


bersambung ke CP : PSA - 05

15.2.10

CP: PSA - 03 KEPEMIMPINAN DAN KEPRAJURITAN


Keprajuritan adalah profesi yang unik,

Karena menjadi prajurit berarti

menjadikan mereka pribadi-pribadi yang dikorbankan


Setiap organisasi untuk dapat maju dan berkembang sesuai dengan tuntutan jamannya haruslah tetap berorientasi kepada Tupoksinya, karena Tupoksi-lah yang menjadi pedoman bagi individu-individu yang menjalankan organisasi tersebut, apakah jalannya organisasi sudah on the track dan dapat dinilai serta dievaluasi sampai dimana pencapaian tujuan yang telah digariskan sebelumnya.


Disamping clearnya Tupoksi, yang tidak kalah pentingnya dalam menjalankan, mengembangkan dan memajukan organisasi adalah adanya suatu kesinergisan antara profesi dan kepemimpinan, karena pelaku utama organisasi adalah manusia, dimana untuk menggerakkan manusia dengan segala problematikanya dibutuhkan suatu seni tersendiri, agar individu tersebut rela dan sadar untuk berbuat yang terbaik bagi organisasinya.


Dunia militer yang diwujudkan dalam suatu organisasi, untuk dapat maju dan berkembang, disamping harus dilengkapi dengan alutsista yang modern serta serba canggih, juga membutuhkan kejelasan tentang profesi dari individu (dalam hal ini prajurit) yang menjalankannya dan kepemimpinan yang kuat untuk dapat mencapai Tupoksi-nya. Kesadaran tentang profesi keprajuritan dan kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan.


Nilai-nilai kepemimpinan dalam kehidupan militer terasa sangat kental, hal tersebut tidak terlepas dari suatu kondisi nyata, bahwa dunia militer dan keprajuritan adalah salah satu profesi yang sangat unik, dimana apabila seseorang telah memilih jalan hidup dan karirnya menjadi seorang prajurit, maka sebenarnya ia telah melepaskan sebagian hak hidupnya untuk digadaikan kepada negara, ia harus rela menjadi pribadi-pribadi yang dikorbankan untuk tugasnya menjaga dan mempertahankan negara.


Hidup dalam dunia militer, berarti hidup dalam suatu norma dan aturan ketat yang membutuhkan suatu disiplin tinggi untuk menjalankannya. Menyikapi bahwa dunia militer sendiri begitu besarnya, sehingga memerlukan organisasi-organisasi didalamnya agar tugas pokok, misi dan visinya dapat berjalan dengan baik dan tujuan didirikan organisasi tersebut dapat tercapai dengan berhasil guna. Sedangkan organisasi militer dijalankan oleh beraneka ragam manusia dengan berbagai motif dan tujuan bergabung didalamnya. Karenanyalah maka tidak heran, untuk dapat mengatur pribadi-pribadi yang beraneka ragam tersebut untuk tunduk dan patuh menjalankan segala perintah dibutuhkan seseorang dengan kewenangan tertentu untuk menjalankan dan memberikan perintah dan komando. Seseorang tersebut disebut pemimpin.


Pemimpin bukan hanya dikenal dalam kalangan militer saja, pemimpin juga lazim dikenal dikalangan sipil dan kehidupan keseharian, karena pada dasarnya dalam suatu lingkup kesatuan yang terkecil seperti rumah tangga, tetaplah ada yang namaya pemimpin rumah tangga, yaitu suami misalnya. Namun, pemimpin dalam dunia militer dan keprajuritan sangatlah berbeda dengan pemimpin organisasi lain, baik organisasi sipil maupun institusi pemerintah ataupun swasta.


Pemimpin dalam dunia militer mempunyai karakteristik tersendiri dan berbeda, karena dalam dunia militer mengenal adanya garis dan rantai komando sebagai bentuk hierarki kepemimpinan, dan dalam pengertian dunia militer, kepemimpinan itu adalah seni, lebih dari sekedar ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari. Karena kepemimpinan itu seni, maka setiap pemimpin di kalangan militer mempunyai ciri khas masing-masing dalam membawa dan menjalankan organisasi satuannya. Walaupun satu organisasi, satu kesatuan, terjadi pergantian pemimpin, maka nuasa yang terjadi akan tetap terasa berbeda, entah itu kecil atau besar terasanya.


Namun, walaupun demikian pada dasarnya ada hakekat yang mendasar yang tidak bisa dirubah dalam kepemimpinan dan keprajuritan, yaitu yang pertama : Kepemimpinan adalah Pemecahan Masalah, dan yang kedua : Keprajuritan adalah Profesi.


Kepemimpinan adalah Pemecahan Masalah

Pada dasarnya pemimpin itu atasan dan para prajurit itu bawahan, maka sudah sewajarnya apabila seorang prajurit akan membawa permasalahannya kepada pimpinan untuk turut merasa dan membantu memecahkan permasalahan tersebut. Dalam dunia militer, tatkala seseorang menjadi prajurit, maka ia telah memberikan seluruh waktunya 1 x 24 jam perharinya kepada negara, sehingga pada dasarnya bagi seorang prajurit seluruh waktunya dalam sehari adalah kedinasan, tinggal waktu kedinasan tersebut dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu : sedang berdinas dan tidak sedang berdinas.


Maka menjadi suatu kelaziman, apabila prajurit telah memberikan seluruh waktu dalam hidupnya untuk negara, menjadi kewajiban negara pula untuk mau tahu dan mengurus permasalahan-permasalahan lain yang timbul disekitar kehidupan prajurit. Dalam kehidupan keseharian tanggung jawab mengurus permasalahan tersebut berada di tangan pemimpin satuan sesuai dengan tingkatan jabatan dan hierarki komandonya.


Namun demikian juga, tidak serta merta seluruh permasalahan prajurit menjadi tanggung jawab pemecahannya oleh pemimpin, permasalahan yang mempunyai keterkaitan dengan kepemimpinan adalah permasalahan – permasalahan yang ada kaitannya dengan kedinasan kemiliteran ataupun mempunyai dampak yang signifikan dengan organisasi militer, diluar itu maka permasalahan yang timbul menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing untuk memecahkannya sendiri.


Dengan mengatakan bahwa kepemimpinan adalah pemecahan masalah, dan kepemimpinan militer adalah suatu seni, yang mengakibatkan pemimpin yang satu kepemimpinannya berbeda dengan pemimpin yang lain, maka dibutuhkan suatu parameter yang pasti tentang hakekat keberhasilan kepemimpinan mereka. Maka kepemimpinan adalah pemecahan masalah dikatakan gagal apabila, pada suatu hari terjadi “ ketika para prajurit tidak lagi membawa masalah mereka pada kita, adalah hari bagi kita ( pemimpin ) untuk berhenti memimpin mereka. Mereka telah kehilangan kepercayaan dimana kita dapat membantunya atau menyimpulkan bahwa kita tidak memperhatikan mereka. “ ( Colin Powell, PSA, 2001 : 66 )


Keprajuritan adalah Profesi

Dalam kehidupan sosial, untuk dapat tetap exist manusia membutuhkan suatu profesi sebagai penunjang kehidupannya dan sekaligus juga sebagai penanda jatidirinya. Sebelum lebih jauh membahas tentang hubungan profesi dengan keprajuritan, alangkah lebih baiknya apabila kita ketahui terlebih dahulu pengertian profesi itu sendiri, Seperti yang ditulis oleh Popon Sjarif Arifin dalam tulisannya ETIKA PROFESI sebagai PENGAJAR, disana dikatakan bahwa pengertian profesi berdasarkan pendekatan definisi adalah merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia. Dimana profesi juga mempunyai ciri untuk dapat menunjukkan sebagai suatu jati diri, yaitu pertama : mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi, kedua : adanya komponen intelektual dan ketrampilan, dan yang ketiga : memberikan jasa atau kepentingan baik bagi pribadi maupun masyarakat.


Menilik dari pengertian dan ciri profesi seperti disebutkan diatas, maka Keprajuritan juga adalah sebuah profesi, karena adalah juga merupakan lapangan kerja, membutuhkan keahlian, pelatihan, ketrampilan dan jelas sekali memberikan azas manfaat yang sangat besar bukan saja untuk masyarakat tetapi juga untuk bangsa dan negara.


Namun demikian keprajuritan adalah sebuah profesi yang unik dibandingkan dengan profesi yang lain, karena disamping tersitanya waktu untuk kedinasan, yang menjadikan seorang prajurit adalah pribadi yang dikorbankan, prajurit juga diberi tanggung jawab yang sangat besar dan beresiko tinggi, yaitu adanya kelengkapan berupa “senjata” yang tidak (mudah) dimiliki orang lain, yang sangat rawan apabila disalah gunakan. Senjata inilah yang kemudian menjadikan pembeda yang sangat mendasar antara keprajuritan sebagai profesi dengan profesi-profesi yang lainnya yang ada didalam kehidupan sosial bermasyarakat.


Sekali memilih keprajuritan sebagai profesi, maka kita akan menjalani dan mempertanggung-jawabkannya seumur hidup. Karenanya agar keprajuritan sebagai profesi tidak menjadi kehidupan yang membosankan dan mempunyai nilai guna atau azas manfaat seperti dicirikan diatas, dan terjalinnya suatu hubungan yang baik antara pimpinan untuk menjalankan kepemimpinannya dengan bawahan yang menjalankan segala perintah dan aturan agar tujuan organisasi militer dapat tercapai, dibutuhkan suatu kreasi dan kreatifitas tersendiri dalam menjalankan profesi keprajuritan di dunia militer.


Salah satu kreatifitas sebagai bentuk pertanggungjawaban prajurit atas profesi keprajuritannya adalah, pertama: timbulkan rasa kecintaan atas profesi dan dunia kemiliteran yang telah dipilih, kedua : timbulkan rasa kegembiraan dalam menjalankan tugas dan kehidupan sebagai seorang prajurit, ketiga : timbulkan rasa memiliki organisasi dan menjadi bagian yang integral dengan organisasi kemiliteran, keempat : kerjakan setiap tugas dengan penuh rasa tanggungjawab, benar, tetapi tidak terlalu serius. Arti tidak terlalu serius dalam konteks diatas, walaupun kehidupan militer terkesan sangat kaku dan disiplin tinggi, namun tetap saja ada hal-hal lucu yang terjadi dalam kehidupan keseharian kemiliteran, nikmati kelucuan tersebut dan jangan pernah untuk dihindari, karena itu adalah salah satu perekat dan pembentuk rasa satu kesatuan antara satu prajurit dengan prajurit yang lain.


Dengan menjalankan profesi keprajuritan secara benar, akan membentuk jatidiri prajurit, yang pada tingkat selanjutnya akan turut serta membentuk dan menciptakan suaru ciri khas dan karakter tersendiri dari kepemimpinan, yang pada akhirnya akan mendorong tercapainya tupoksi dari organisasi militer. Majunya organisasi militer dibangun dan dibentuk dari pribadi-pribadi prajuritnya yang kuat yang meyakini dan mencintai profesinya, yang kemudian ditempa dan diarahkan oleh kepemimpinan yang kuat pula serta bertanggung jawab.


Cintailah profesimu

Cintailah dunia kemiliteran

Majulah TNI, bangsa dan negara-ku


Salam,

bersambung ke CP : PSA - 04

12.2.10

SETAN-PUN TIDAK MAU RUGI


setan tidak akan pernah membiarkan manusia menarik sedikit keuntungan
dari setiap godaannya kepada manusia


Seorang pria bangun pagi-pagi buta utk sholat subuh di Masjid.
Dia berpakaian, berwudhu dan berjalan menuju masjid.
Ditengah jalan menuju masjid, pria tersebut jatuh dan pakaiannyakotor.
Dia bangkit, membersihkan bajunya, dan pulang kembali kerumah.


Di rumah, dia berganti baju,berwudhu, dan……….
LAGI, berjalan menuju masjid.
Dalam perjalanan kembali ke masjid, dia jatuh lagi di tempat yg sama !
Dia, sekali lagi, bangkit, membersihkan dirinya dan kembali kerumah.


Dirumah, dia… . . sekali lagi berganti baju,
berwudhu dan berjalan menuju masjid.
Di tengah jalan menuju masjid, dia bertemu seorang pria yang memegang lampu.
Dia menanyakan identitas pria tersebut,
dan pria itu menjawab " Saya melihatanda jatuh 2 kali di perjalanan menuju masjid
jadi saya bawakan lampu untuk menerangi jalan anda


Pria pertama mengucapkan terima kasih dan mereka berdua berjalan ke masjid.
Saat sampai di masjid, pria pertama bertanya kepada pria yang membawa lampu untuk masuk dan sholat subuh bersamanya.


Pria kedua menolak.
Pria pertama mengajak lagi hingga berkali2 dan, lagi, jawabannya sama.
Pria pertama bertanya, kenapa menolak untuk masuk dan sholat.
Pria kedua menjawab : “ Aku adalah Setan


Pria itu terkejut dengan jawaban pria kedua.
Setankemudian menjelaskan,
” Saya melihat kamu berjalan ke masjid, dan sayalah yg membuat kamu terjatuh”


Ketika kamu pulang ke rumah,
membersihkan badan dan kembali ke masjid,
Allah memaafkan semua dosa-dosa mu.


Saya membuatmu jatuh kedua kalinya, dan ……
bahkan itupun tidak membuatmu merubah pikiran untuk tinggal dirumah saja,
kamu tetap memutuskan kembali masjid.
Karena hal itu, Allah memaafkan dosa-dosamu seluruh anggota keluargamu.


Saya KHAWATIR jika saya membuat kamu jatuh untuk ketiga kalinya,
jangan-jangan Allah akan memaafkan dosa-dosa seluruh penduduk desamu,


jadi saya harus memastikan bahwa anda sampai dimasjid dengan selamat..


Lesson to learn dari cerita diatas :

pertama, Setan tidak akan pernah mau mengambil sedikit kerugian-pun dari setiap aksinya atas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Jadi, jangan pernah membiarkan Setan mendapatkan keuntungan dari setiap aksinya.

kedua, Setiap niat baik yang kemudian diupayakan diwujudkan, tentu akan mendapat ganjaran yang setimpal dari ALLAH SWT,
Jadi, jangan pernah melepaskan sebuah niat baik yang hendak anda lakukan karena
anda tidak akan pernah mengetahui ganjaran apa yang akan anda dapatkan dari segala kesulitan yang anda temui dalam usaha untuk melaksanakan niat baik tersebut.

salam

2.2.10

CP: PSA - 02 SURAT UNTUK ANAK


Jangan takut akan gagal

Lebih takutlah untuk tidak mencoba

Colin Powell


Menjadi orang tua adalah suatu anugerah dan tantangan dalam hidup, karena tidak semua manusia yang hidup di dunia dengan serta merta dianugerahi dengan tanggung jawab yang besar itu, yaitu : mempunyai anak, merawat dan mendidiknya agar si anak menjadi orang yang berhasil bagi dirinya pribadi, orang tua, keluarga, lingkungan, agama, bangsa dan negaranya.


Anugerah dan tantangan tersebut, akan datang kepada kita, bahkan jauh sebelum si anak terlahir ke dunia. Dalam menjalani kehidupan yang singkat ini, pergulatan dan perjuangan keras untuk mendapatkan seorang anak dalam suatu keluarga tidak jarang dialami oleh pasangan suami istri, tapi dilain pihak, ada saja pasangan yang begitu mudahnya mendapatkan anak dalam kehidupan berumah tangga mereka. Itulah romantisme kehidupan.


Mendidik dan menyiapkan anak untuk dapat hidup dan bertahan menghadapi kerasnya kehidupan sebenarnya dimulai sejak dini, yaitu dimulai sejak anak lahir dan disusui oleh sang ibu. Dari segala macam problematika mengasuh dan mendidik anak agar ia menjadi manusia yang mempunyai tanggung jawab terhadap diri pribadi dan keluarga serta lingkungannya yang dirasa paling berat, adalah pada saat anak menjelang akil baliq untuk menuju kedewasaannya baik dari segi pikiran maupun perilaku kehidupannya.


Menyadari peliknya masa – masa peralihan tersebut, dan juga bahwa pengetahuan kita yang serba terbatas, maka alangkah baiknya kita belajar dari orang lain, baik itu dalam bentuk pengalaman maupun nasihat-nasihat bijak yang mereka miliki, yang mungkin saja berguna pula untuk diterapkan pada lingkungan keluarga kita.


Salah satu cara atau nasihat bijak yang bisa kita contoh dalam menyiapkan dan memberi tanggungjawab kepada anak pada saat ia menjelang dewasa, adalah seperti yang dilakukan oleh Colin Powell terhadap putra pertamanya pada saat putranya berumur 16 tahun, seperti yang ditulis dalam buku : Colin Powell, Perjalanan Seorang Amerika, Penerbit Angkasa Bandung, 2001:284 :

“ Setiap anak saya mencapai umur enam belas tahun, saya memberi sebuah surat, berusaha memberitahu apa yag saya harapkan dari mereka, misalnya kebijaksanaan, atau paling sedikit manfaat dari pilihan-pilihan yang saya anggap benar atau juga berupa kesalahan-kesalahan “.

Mike yang pertama menerima surat saya, dan saya menulis antara lain, “ Kamu sekarang mulai meninggalkan masa kanak-kanak dan mulai menapak di jalan kedewasaan sebagai seorang pria..... kamu akan menciptakan secara pasti seseorang yang kamu jadikan pendamping selama limapuluh tahun sisa kehidupannmu. Godaan-godaan akan mendatangi jalanmu, narkoba, alcohol, peluang-peluang untuk menyimpang. Kamu tahu yang benar dan yang salah, dan saya yakin akan penilaianmu... Jangan takut akan gagal. Lebih takut untuk tidak mencoba... Ambil kesempatan dan resiko, jangan tindakan yang membabi buta, tetapi tindakan-tindakan yang dapat menghasilkan kegagalan, sampai menjanjikan keberhasilan dan penghargaan besar. Ingat bahwa bagaimanapun buruknya sesuatu mungkin sepertinya tidak akan menjadi buruk esok hari. “


Lesson to learn dari artikel diatas :

Pertama, anak adalah anugerah dan tanggung jawab dari ALLAH SWT yang dititipkan kepada kita, karenanya jaga mereka dan siapkan mereka sebaik mungkin atau bahkan lebih baik daripada apa yang telah terjadi pada diri kita, sesuai dengan kemampuan dan batas kemampuan yang kita miliki.

Kedua, anak akan tumbuh menjadi besar dan akan menghadapi dunia mereka. Walaupun dunia mereka akan jauh berbeda dengan dunia yang telah kita jalani, tetapi bukan berarti bahwa kita membatasi, melarang atau menghalangi mereka bergaul dan bersentuhan dengan dunia mereka. Beri mereka kesempatan dan keleluasaan untuk menjalani dan memilih hidup mereka, tetapi batasi kebebasan mereka dengan tanggung jawab dan norma serta etika kehidupan yang berlaku.

Ketiga, jangan takut mereka mengalami kegagalan, karena dari kegagalan tersebutlah mereka tahu arti dari keberhasilan, yang bisa kita lakukan hanyalah mengawasi, membimbing dan memberitahu mana yang baik dan mana yang benar. Ketika mereka menjalani proses pembelajaran kita adalah teman mereka, tetapi ketika mereka akan melakukan suatu kesalahan yang fatal, maka kita adalah orang tua mereka, yang akan memanggil, menasehati, mengarahkan, menggunakan mereka kembali untuk dapat memahami arti tanggung jawab kehidupan bagi diri pribadi dan lingkungannya.

Keempat, tidak ada istilah bekas atau mantan anak, anak akan selalu menjadi anak kita kapanpun dan bagaimanapun serta dimanapun mereka berada. Karenanya keberhasilan dan kegagalan anak adalah juga bagian dari tanggungjawab kita sebagai orang tua. Jangan pernah berpaling dari mereka, karena pada dasarnya anaklah harta yang paling berharga yang kita miliki di dunia.

bersambung ke CP : PSA - 03

Salam,
Imung

Disarikan dari Buku : Colin Powell, Perjalanan Seorang Amerika