Saat ini dunia tengah memasuki era Revolusi Industri
ke-4. Era ini menimbulkan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Revolusi
Industri ke-4 adalah era teknologi digital, semua serba digital dan
otomatisasi. Pengaruhnya adalah terhadap
karakter dunia kerja, dimana teknologi banyak menghilangkan jenis pekerjaan,
namun pada saat yang sama teknologi digital juga menghadirkan jenis pekerjaan
baru. Disinilah perlunya pemetaan angkatan kerja dan pengintegrasian antara
Revolusi Industri Ke-4 dengan Lembaga Pendidikan Vokasi dalam rangka peningkatan
kualitas SDM agar mampu bersaing dan mengisi kebutuhan lapangan pekerjaan yang
tersedia.
Era
Revolusi Industri Ke-4
Perubahan Karakter Pekerjaan
Revolusi Industri
merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari oleh semua bangsa.
Revolusi Industri Ke-1 dengan karakteristik mesin uap, Revolusi Industri ke-2
pada tenaga listrik dan selanjutnya perubahan teknologi analog menjadi digital
yang menjadi ciri Revolusi Industri Ke-3 telah kita lalui. Sekarang saatnya Revolusi
Industri Ke-4 yang bercirikan digitalisasi, optimalisasi
dan kustomisasi produksi, otomasi dan adopsi,
human machine interaction, value
added services and businesses, automatic
data exchange and communication, serta penggunaan teknologi internet, menjadikan semuanya hampir tanpa batas (borderless) dan tanpa batas (unlimited).
Revolusi Industri
selalu berdampingan dengan munculnya ekonomi baru, yang berarti juga munculnya
sektor-sektor pekerjaan baru. Namun pada
Revolusi Industri Ke-4 ada kekhawatiran dengan adanya kemajuan Iptek dan
penggunaan mesin yang lebih dominan pada sebagian besar bidang pekerjaan, maka
dampaknya adalah hilangnya beberapa jenis pekerjaan yang semula diawaki oleh
manusia tergantikan oleh mesin.
Kekhawatiran ini ada
betulnya, karena digitalisasi, otomasi dan teknologi internet merupakan suatu
keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan dalam rangka efisiensi produksi,
dalam artian memangkas tenaga kerja dan waktu tetapi produksi dapat lebih
meningkat. Disinilah timbulnya perubahan dalam karakter pekerjaan. Jenis-jenis
pekerjaan yang berbasiskan mesin, digital dan Iptek membutuhkan SDM yang
mempunyai keahlian atau keterampilan sesuai kebutuhan yang di keahlian, sehingga
hanya dapat diisi oleh SDM yang ahli atau terampil. Berdasarkan temuan
McKinsey, perusahaan konsultan manajemen multinasional, sebanyak 52,6 juta
lapangan pekerjaan terancam tergantikan otomatisasi. Jumlah 52,6 juta itu
setara dengan 52% angkatan kerja Indonesia atau separuh angkatan kerja bisa
digantikan otomasitisasi.[1] Jenis-jenis pekerjaan yana akan hilang
meliputi: ahli las, staf akuntan, operator mesin, supir truk dan ahli mesin. Padahal
jumlah supir truk di Indonesia ada sekitar 6 juta.[2]
Namun digitalisasi, otomasi dan teknologi internet yang
merupakan karakter Revolusi Industri Ke-4 tidak hanya menghilangkan beberapa
jenis pekerjaan, tapi juga dapat menumbuhkan jenis pekerjaan baru. Diperkirakan akan ada 50% jenis pekerjaan
yang ada saat ini terhapus, namun disisi lain akan menumbuhkan 65% jenis
pekerjaan baru.[3] Jenis-jenis pekerjaan baru yang muncul
berkaitan dengan Internet of Things (IoT),
seperti: pengkodean (coding), analisa
data (artificial intelligence),
statistik. Bidang e-commerce
dibutuhkan call center, customer service, dll.[4] Dalam
setiap revolusi industri pasti terkait dengan SDM, karena SDM menjadi faktor
pokok dalam setiap kegiatan industri dan sektor lain, dengan demikian tumbuhnya
jenis pekerjaan baru juga tetap membutuhkan keahlian dan keterampilan sesuai
dengan karakter pekerjaan baru tersebut.
Tantangan dalam memetakan angkatan kerja
Revolusi Industri ke-4 menimbulkan tantangan dalam hal
menyiapkan dan memetakan SDM yang berkualitas dalam bentuk tenaga kerja. Tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat . Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah angkatan kerja
Indonesia pada Februari 2017 sebanyak 131,55 juta.[5] Dari jumlah tersebut, 60%
dari total tenaga kerja hanya lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama, hal ini menunjukkan masih sangat rendahnya kualitas tenaga kerja kita.[6] Merujuk riset
McKinsey Global Institute,
Indonesia akan menjadi negara ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030
dengan kebutuhan 113 juta tenaga kerja terampil. Padahal, Badan Pusat Statistik
menyebutkan, pada tahun 2015 Indonesia baru memiliki 56 juta tenaga kerja
terampil. Dengan demikian, hingga tahun 2030, tiap tahun dibutuhkan 3.7 juta
tenaga terampil baru,[7] sedangkan karakteristik
pekerjaan dari tahun ke tahun akan semakin dinamis berkembang sesuai dengan
perkembangan Iptek, sehingga keterampilan (skill) yang dibutuhkan akan juga
terus berkembang dan bervariasi.
Berkaitan dengan
pemetaan ini, tentunya sangat diperlukan adanya Road Map dalam menghadapi Revolusi Industri Ke-4. Dalam hal ini pemerintah telah mencanangkan Making Indonesia 4.0 sebagai salah satu
agenda nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan
industri manufaktur. Terdapat 5 sektor,
yaitu makanan minuman, elektronik, otomotif, tekstil dan kimia. Dari Road Map dan hasil pemetaan didapatkan
hasil pekerjaan-pekerjaan seperti pemeliharaan dan instalasi, mediasi, medis,
analis data, manajer sistem informasi, konselor vokasi, analis dampak
lingkungan akan bertumbuh. Khususnya periode antara tahun 2021 hingga tahun
2025. Sementara periode selanjutnya, yakni antara tahun 2026 hingga tahun 2030,
jenis pekerjaan perancang, pemograman kecerdasan buatan, perancang dan
pengendali mesin otomasi, perancang sofware
dan game online akan terus bertumbuh
dan dibutuhkan.[8]
Tantangan yang muncul
dalam penyiapan dan pemetaan SDM adalah antisipasi terhadap perubahan iklim
bisnis dan industri, perubahan jabatan dan kebutuhan ketrampilan. Maka
berkaitan dengan SDM yang perlu
dilaksanakan adalah peningkatan kualitas SDM, kuantitas SDM yang kompeten serta
sesuai kebutuhan industri dan meratanya sebaran SDM yang berkualitas, terutama
di daerah-daerah.[9]
Pertama, peningkatan kualitas SDM. Revolusi
Industri Ke-4 membutuhkan SDM yang ahli dan terampil, maka harus bisa
dipastikan kualitas dari SDM sudah sesuai kebutuhan pasar kerja serta sesuai
dengan industri yang berbasis teknologi digital.
Kedua, kuantitas SDM yang kompeten
serta sesuai kebutuhan industri. Kuantitas sangat diperlukan dalam menjawab
kebutuhan industri. Seperti dijelaskan
sebelumnya dalam mencapai Indonesia kekuatan ekonomi ke-7 dunia pada 2030,
dibutuhkan 3.7 juta tenaga terampil setiap tahunnya. Dari sini sudah jelas yang dibutuhkan bukan
hanya jumlah tapi juga kualitas sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
Ketiga, meratanya sebaran SDM yang
berkualitas, terutama di daerah-daerah. Hal ini diperlukan agar pembangunan
perekonomian nasional tidak hanya terfokus di Jawa, tetapi merata di seluruh
wilayah Indonesia, sehingga dibutuhkan penyebaran SDM di seluruh daerah dan
wilayah Indonesia.
Dari tantangan dan
pemetaan angkatan kerja, maka dibutuhkan tindak lanjut berupa kesiapan Lembaga
Pendidikan dalam menyiapkan SDM yang
berkualitas sesuai tuntutan Revolusi Industri Ke-4 agar jangan sampai
lulusannya menganggur tidak dapat pekerjaan karena gagal mengantisipasi
revolusi industri.
Integrasi Industri 4.0 dengan Lemdik Vokasi
Lembaga Pendidikan di
Indonesia harus mengantisipasi semakin pesatnya perkembangan teknologi yang
terjadi dalam era Revolusi
Industri Ke-4. Kurikulum dan metode pendidikan pun
harus menyesuaikan dengan iklim bisnis dan industri yang semakin kompetitif dan
mengikuti perkembangan teknologi dan informasi.
Dalam hal ini maka
tindakan integrasi menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan. Integrasi
antara Industri 4.0 dengan Lembaga Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan strategi
transformasi industri. Dengan mempertimbangkan perkembangan sektor
ketenagakerjaan. Transformasi industri dikatakan berhasil jika tenaga kerja
yang tersedia juga kompeten.
Pendekatan dalam
integrasi ini dengan melihat pendidikan dan pelatihan kejuruan merupakan
kebutuhan bagi industri sehingga peningkatan dan pengembangan individu dapat
dilakukan di industri (Zaib & Harun, 2014). Berdasar teori tersebut,
pendidikan kejuruan berpeluang untuk menjawab tantangan industri 4.0
Salah satu lembaga
pendidikan yang berperan adalah Lembaga Pendidikan Vokasi, karena pendidikan
vokasi lebih mengutamakan menyiapkan tenaga kerja terampil baik untuk lulusan
jenjang pendidikan menengah (SMK) maupun pendidikan tinggi (Diploma). Sifatnya
yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan di dunia kerja menyebabkan sifat
pendidikan vokasi yang lebih lentur dan harus cepat beradaptasi terhadap
perubahan. Sifat-sifat ini sesuai dengan kebutuhan Industri 4.0 yang membutuhkan
tenaga kerja yang terampil.
Integrasi dilakukan
melalui penataan kelembagaan vokasi, dimana program studi yang ada tidak perlu
diganti dengan yang baru akan tetapi lebih pada menyesuaikan sesuatu yang baru
kedalam program studi yang sudah ada, meningkatkan kinerja pendidikan vokasi pada
level yang lebih tinggi dengan menerapkan model pembelajaran problem solving
dan berpikir kesisteman, serta keterhubungan dengan pihak industri untuk lebih mengetahui
macam, jenis pekerjaan, kompetensi yang dibutuhkan serta jumlah yang SDM
dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.[10]
Disamping secara
kelembagaan, integrasi dilakukan dengan melaksanakan gerakan literasi baru
sebagai penguat bahkan menggeser gerakan literasi lama. Gerakan literasi baru
yang dimaksudkan terfokus pada tiga literasi utama yaitu, pertama, literasi
digital, kedua, literasi teknologi, dan ketiga, literasi manusia (Aoun:2017).
Tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di
masa depan atau di era industri 4.0[11]
Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan
kemampuan membaca,
menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (Big
Data). Sedangkan literasi teknologi
bertujuan untuk memberikan pemahaman
pada
cara kerja mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan
berkomunikasi dan penguasaan
ilmu desain (Aoun:2017). Literasi baru yang diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang
kompetitif dengan menyempurnakan
gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan
kemampuan membaca, menulis, dan matematika.[12]
Adaptasi gerakan literasi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai langkah integrasi antara Industri
4.0 dengan lembaga pendidikan, dengan melakukan penyesuaian kurikulum dan sistem
pembelajaran sebagai respon terhadap
era industri 4.0.
Simpulan
Dari uraian di atas dapat
ditegaskan bahwa Revolusi
Industri Ke-4 akan mempengaruhi SDM Indonesia. Industri 4.0 banyak
membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Revolusi Industri ke-4 secara
fundamental akan mengubah
cara beraktivitas manusia dan memberikan pengaruh yang besar terhadap SDM dan tenaga kerja Indonesia. Dampak efektifitas dan efisiensi sumber daya
dan biaya produksi menjadi tidak
bisa dihindari, perubahan karakter kerja disamping menghilangkan beberapa jenis
pekerjaan baru, juga berpeluang menciptakan
beberapa jenis pekerjaan baru pula.
Berkaca dari perjalanan revolusi industri sebelumnya,
yaitu Revolusi Industri Ke-1 s.d Ke-3, kunci pokoknya adalah kesiapan SDM,
karena SDM menjadi faktor pokok dalam setiap kegiatan industri dan sektor lain.
Karena kemajuan Iptek yang menghasilkan mesin dengan segala kecanggihannya
tetap memerlukan personel dalam mengoperasikannya, walaupun memang personel
tersebut harus mempunyai keahlian dan keterampilan sesuai dengan kompetensi
dari bidang pekerjaan tersebut.
Maka menjadi hal yang penting dan utama untuk
melakukan langkah-langkah antisipasi dengan memetakan angkatan kerja Indonesia,
dengan melihat dan menyesuaikan kebutuhan dari Industri 4.0. Berkaitan dengan hal tersebut maka kesiapan
dari lembaga pendidikan sebagai sektor yang mendukung dalam menyiapkan dan
menghasilkan tenaga ahli yang terampil perlu juga dibenahi baik secara kelembagaan
dan langkah intergrasi antara Industri 4.0 dengan Lembaga Vokasi. Sehingga
keluaran dari Lembaga Vokasi benar-benar tenaga ahli dan terampil sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh Industri 4.0.
[1]
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2018/03/23/masuki-revolusi-industri-beberapa-pekerjaan-akan-hilang-421746.
[3]
http://mediaindonesia.com/read/detail/155389-revolusi-industri-40-ciptakan-jenis-pekerjaan-baru.
[4]
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3459976/ini-deretan-pekerjaan-paling-dibutuhkan-pada-era-revolusi-industri-40.
[5]
https://bisnis.tempo.co/read/872547/angkatan-kerja-februari-2017-meningkat-sebanyak-13155-juta.
[6]
https://www.wartaekonomi.co.id/read128271/menaker-kualitas-tenaga-kerja-ri-masih-rendah.html.
[7] Ibid
[10] Moch Bruri Triyono, Tantangan Revolusi Industri Ke 4(i4.0) bagi
pendidikan vokasi Seminar Nasional Vokasi dan Teknologi (SEMNASVOKTEK),
Denpasar-Bali, 28 Oktober 2017
[11] Prof. Dr. H. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng., Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang
Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, Orasi Ilmiah Professor bidang
Ilmu Pendidikan Kejuruan Universitas Negeri Makassar, 14 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas perhatian anda, silahkan tinggalkan pesan dan kesan anda