8.10.18

GEOPOLITIK INDONESIA : MENGANTISIPASI TANTANGAN INDO-PASIFIK




Geopolitik Indonesia 
adalah cara pandang bangsa Indonesia 
tentang diri dan tanah airnya 
dengan mengutamakan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan berbangsa dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional



 Pendahuluan

     Indo-Pasifik adalah salah satu wilayah biogeografis bahari dunia, yang akhir-akhir ini kembali mengemuka setelah Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson berulang kali menyinggungnya selama masa kunjungan ke Asia Tenggara.

      Konsep Indo Pasifik mengindikasikan semakin kuatnya peran strategis Samudra Hindia dan Pasifik dalam percaturan internasional, seiring dengan bergesernya pusat gravitasi politik dan ekonomi dunia dari daratan Eropa ke Asia. Indo-Pasifik dikenalkan pertama kali tahun 2007 oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dan Indonesia menggaungkannya sejak 2013 dengan fokus pada banyaknya potensi di Samudra Hindia yang belum tergarap, namun bagi Indonesia konsepnya tidak terbatas hanya mencakup deskripsi geografis, tapi lebih luas yaitu geopolitik.
 
Berkaitan dengan geopolitik terdapat pandangan yang berbeda dalam implementasi konsep Indo Pasifik, bagi Amerika Serikat bertujuan untuk melemahkan profil Tiongkok, atau mengikis dampak Tiongkok di laut yang lebih besar, dalam konteks regional yang lebih luas[1]. Sedangkan bagi Tiongkok penggunaan kata Indo Pasifik oleh Australia dan Amerika Serikat dan bukannya Asia Pasifik sebagai gagasan yang hanya dibuat untuk menarik perhatian yang akan "seperti buih ombak yang hilang begitu saja"[2].

Trend dan potensi yang dapat dimanfaatkan dari konsep Indo-Pasifik dihadapkan dengan perebutan pengaruh antara dua negara besar Amerika Serikat dan Tiongkok merupakan tantangan tersendiri bagi Indonesia sebagai salah satu negara yang akan terlibat langsung dalam menetapkan norma-norma baru hubungan antar negara untuk meningkatkan perdamaian dan memanfaatkan kepentingan semua negara untuk mewujudkan stabilitas di kawasan.
Permasalahannya: bagaimana menata geopolitik Indonesia dalam perspektif kepentingan nasional guna mengantisipasi tantangan Indo-Pasifik.


Geopolitik dan Kepentingan Nasional Indonesia

     Posisi strategis Indonesia yang terletak diantara persilangan dua benua dan dua samudera perlu ditunjang dengan geopolitik yang tepat agar Indonesia dapat menjadi pemain dalam percaturan dunia Internasional, dan bukannya hanya sekedar obyek.
  
      Duapertiga perairan Asia Tenggara merupakan perairan yurisdiksi Indonesia, sehingga menempatkan Indonesia sebagai pemain sentral dan strategis dalam kawasan. Kawasan tentunya juga mempunyai geopolitik yang bergerak dinamis dan mempengaruhi negara-negara disekitarnya. Ketika terjadi pertemuan antara kepentingan geopolitik kawasan dengan kepentingan geopolitik Indonesia, maka dapat terjadi kerjasama ataupun konflik[3]. Disinilah timbul arti pentingnya geopolitik dalam perumusan kebijakan nasional, dalam konteks Indonesia maka implementasi geopolitiknya adalah Wawasan Nusantara.

      Pergeseran pusat gravitasi politik dan ekonomi dunia dari daratan Eropa ke Asia juga perlu disikapi dengan penerapan geopolitik. Jika kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia disusun tidak berdasarkan geopolitik, maka akan berdampak pada pencapaian kepentingan nasional, karena kepentingan nasional adalah hulu untuk merumuskan strategi dalam menghadapi dinamika dan tantangan, dalam hal ini Indo-Pasifik.

      Kepentingan nasional Indonesia merupakan sebuah kepentingan negara yang akan dicapai melalui kebijakan nasional yang dijalankan berdasarkan arah dan tindakan hirarki yaitu utama, penting dan pendukung[4]. Kepentingan nasional merupakan sebuah refleksi dari keinginan pemerintah sebuah negara dalam melindungi kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Dalam konteks regional yang menjadi fokus dari kepentingan nasional Indonesia adalah keamanan kawasan sebagai prioritas, karena stabilitas keamanan kawasan juga berpengaruh terhadap stabilitas keamanan nasional dalam rangka upaya pembangunan dan mensejahterakan bangsa. Implementasi dari kepentingan nasional ini a dilakukan oleh pemerintah melalui kerjasama baik bilateral, regional, maupun internasional.


Penerapan Poros Maritim Dunia dan kerjasama antar negara

     Pemahaman akan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi di Indo-Pasifik sangat diperlukan dalam rangka perumusan strategi yang tepat dan efisien, karena lingkungan strategis menggambarkan situasi dan kondisi[5]. Dengan demikian strategi dan lingkungan strategis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan.

      Strategi Indonesia dalam menghadapi Indo-Pasifik harus melihat pola interaksi antar aktor; siapa yang berpengaruh dan yang dipengaruhi atau siapa yang bermusuhan dan yang berteman.  Inilah kompleksitas interaksi yang akan dihadapi oleh Indonesia.

      Dalam konteks konsep Indo-Pasifik secara gamblang telah terlihat adanya dua kubu yang akan berhadapan, pertama Tiongkok (dan Rusia)[6] dan kubu kedua Amerika Serikat (dibantu Australia, India dan Jepang)[7], dimana secara hubungan internasional Indonesia mempunyai hubungan yang baik dengan negara-negara tersebut.  Maka prinsip bebas dan aktif dengan keharusan penyelenggaraan yang menguntungkan bagi kesejahteraan bangsa dan negara menjadi tepat adanya. 

      Prinsip bebas dan aktif perlu didukung strategi dan kebijakan sebagai implementasinya. Pada KTT IORA Maret 2017 yang lalu pemerintahan Presiden Joko Widodo mencanangkan grand design dalam geopolitik Indo-Pasifik, dengan visi maritime axis (poros maritim) yang lebih dikenal dengan Poros Maritim Dunia.

      Visi Poros Maritim Dunia diarahkan agar dapat selaras dengan OBOR Tiongkok. Jalur Sutera Maritim Tiongkok dijadikan peluang besar bagi Indonesia untuk kembali bangkit dengan meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan Indonesia yang selama ini terkendala biaya transfortasi tinggi, serta meningkatkan pembangunan di kawasan-kawasan tertinggal seperti wilawah timur Indonesia. Strateginya dengan memanfaatkan ketertarikan Tiongkok untuk berinvestasi, Indonesia berusaha mempengaruhi kebijakan China agar lebih moderat dan memperhatikan kepentingan-kepentingan Negara-negara lain di ASEAN dan juga kepentingan Indonesia di ASEAN dan Indo-Pasifik.

      Dengan Amerika Serikat hubungan harus tetap terjalin dengan erat, agar kepentingan Indonesia sebagai negara yang tepat berada di tengah Indo-Pasifik tetap terjaga dan optimal. Hegemoni Amerika Serikat dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dalam kerjasama militer untuk menghadapi ancaman militer.  Secara geografis dan realitas politik, posisi Indonesia dikepung oleh negara-negara yang berafiliasi dengan Amerika Serikat (FPDA, ANZUS, SFA) sehingga tidak bijak apabila Indonesia menjauhi Amerika Serikat.  Strateginya adalah membangun kerjasama yang kuat agar Amerika Serikat membantu kepentingan Indonesia apabila terjadi konflik dengan negara tetangga yang bersifat agresif.

      Poros Maritim Dunia dan kerjasama internasional merupakan jawaban atas konsep Indo-Pasifik. Kerjasama internasional dilaksanakan secara bilateral untuk lebih memperat hubungan dua negara, dan multilateral dalam konteks banyak negara yang diarahkan untuk bisa merangkul negara-negara Samudera Hindia dengan mekanisme ASEAN.

Simpulan

      Seiring dengan bergesernya pusat gravitasi politik dan ekonomi dunia dari daratan Eropa ke Asia, menjadikan konsep Indo-Pasifik mengemuka.  Adanya pertarungan dua kubu besar antara Tiongkok yang ingin menjadi pemain yang dominan di Asia Pasifik dan Amerika Serikat yang ingin tetap terpeliharanya tatanan regional, dapat berdampak pada stabilitas di kawasan.  Indonesia memandang konsep Indo-Pasifik sebagai tantangan dan peluang yang harus dimanfaatkan.  Dengan memanfaatkan visi Poros Maritim Dunia, Indonesia berusaha agar kepentingan nasionalnya dapat terjaga dan terpelihara, dengan tetap mempertahankan prinsip bebas dan aktif, serta menjaga dan memanfaatkan hubungan dengan Tiongkok dan Amerika Serikat.

Saran

      Agar Indonesia siap dalam menghadapi konsep Indo-Pasifik dan dihadapkan dengan adanya kepentingan dua kubu yang saling berhadapan, maka pemerintah perlu untuk menyelaraskan visi Poros Maritim Dunia dengan Jalur Sutera Maritimnya Tiongkok dengan membangun dan memberdayakan potensi kekuatan laut dan geostrategi politik Indonesia, serta tetap menjaga hubungan baik dan kerjasama dengan dua kubu dengan prinsip kerja sama yang transparan, terbuka dan inklusif sesuai dengan hukum internasional.


[1] https://www.matamatapolitik.com/seperti-apa-strategi-indo-pasifik-ala-indonesia/
[2] http://www.abc.net.au/indonesian/2018-03-09/china-ejek-konsep-indopasifik-yang-digagas-as-dan-australia/9529812
[3] Bahan Ajar Bidang Studi Geopolitik & Wawasan Nusantara, 2018, hal. 84
[4] Lingkungan Strategis-Lemhannas RI Tahun 2018, hal 70
[5] Materi Pokok Bidang Studi Strategi, Lemhannas RI Tahun 2018, hal. 67
[6] Doktrin Keamanan Nasional yang dirilis Gedung Putih, 2017; mencanangkan Cina dan Rusia sebagai musuh utama dan kekuatan revisionis untuk mengubah statusquo global
[7] Quad: Dialog Kemanan 4 Pihak, yang melibatkan Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat, pada Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas perhatian anda, silahkan tinggalkan pesan dan kesan anda