Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang
mengukur energi dalam sistem per satuan temperatur yang tak dapat digunakan
untuk melakukan usaha. Mungkin manifestasi yang paling umum dari entropi adalah
(mengikuti hukum termodinamika), entropi dari sebuah sistem tertutup selalu naik
dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang
bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada suatu sistem
yang panasnya terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses
reversibel/bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan
bahwa energi tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses
termodinamika. Proses-proses ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah
diubah bentuknya, dan ketika energi diubah menjadi kerja/usaha, maka secara
teoritis mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama kerja/usaha tersebut,
entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi dalam bentuk panas
buangan.[1]
Secara bahasa sederhana dalam ilmu fisika Entropi adalah
jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin adalah sama dengan jumlah energi
yang dimasukkan ke dalamnya. Namun, jika ada kerusakan komponen mesin, sebagian
energi akan digunakan untuk mengatasi kerusakan tersebu, Energi inilah yang
dinamakan entropi.
Contoh pada kendaraan, sebuah mobil dengan seliter bensin
dapat menempuh jarak 10 km. Namun, ketika beberapa komponen rusak seperti aus,
berkarat, atau tersumbat, dengan seliter bensin itu, mobil tersebut hanya mampu
menempuh 5 km. Setengah energi yang seharusnya digunakan untuk menempuh 5 km
lagi dipakai untuk mengatasi kerusakan sistem. Dengan kata lain, entropi mobil
tersebut menjadi 50 persen.
Pada organisasi, instansi, atau perusahaan swasta maupun
pemerintah, bahkan negara. Jumlah energi yang dihasilkan sebuah organisasi sama
dengan jumlah energi yang dimasukkan ke dalamnya. Ketika gangguan dalam
organisasi meningkat, misalnya karena birokrasi, hierarki, kompetisi internal,
ketidakjujuran, saling menyalahkan, atau komunikasi tertutup, energi karyawan
untuk melakukan pekerjaan harus meningkat. Energi tambahan itu disebut
''entropi budaya''. Padahal, energi yang digunakan dalam mengatasi entropi
budaya adalah energi yang seharusnya untuk menghasilkan, tapi menjadi terbuang
percuma.[2]
Contoh dalam lingkup korporasi atau instansi, besarnya
biaya dan energi karyawan yang dapat berkontribusi ke perusahaan akan
bergantung pada tinggi rendahnya entropi budaya. Ketika entropi rendah, energi
karyawan yang tersedia untuk melakukan pekerjaan produktif menjadi tinggi
sehingga kinerja perusahaan menjadi tinggi. Sebaliknya, ketika entropi budaya
tinggi, energi karyawan yang tersedia untuk melakukan pekerjaan menjadi rendah,
sehingga kinerja perusahaan pun rendah.
Entropi
budaya terdiri atas tiga unsur.
Pertama, faktor-faktor yang memperlambat organisasi dan
mencegah pengambilan keputusan yang cepat: birokrasi, hierarki, ketidakjelasan,
pertengkaran, dan kekakuan.
Kedua, faktor-faktor yang mengakibatkan gesekan
antaranggota: persaingan internal, menyalahkan intimidasi, dan manipulasi.
Ketiga, faktor-faktor yang mencegah anggota dari kerja
secara efektif: kontrol berlebihan, terlalu berhati-hatian, mikro-manajemen
berlebih, fokus jangka pendek, dan teritorialisme.
Pelajaran tentang Entropi ini penting untuk diketahui,
karena dengan mengetahui Entropi yang terjadi pada suatu organisasi, kita bisa
mengambil keputusan langkah apa yang akan diambil untuk mempertahankan,
membangun bahkan mengembangkan organisasi lebih maju dari keadaannya sekarang.
Sumber
Referensi
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Entropi
2. Dr. HC Ary
Ginanjar Agustian, Apa itu Entropi Budaya ?, Republika, 24 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas perhatian anda, silahkan tinggalkan pesan dan kesan anda