20.1.10

HIDUP YANG LEBIH HIDUP

Keaneka ragaman hidup: antara Nyentrik dan Mbalelo


Hidup adalah suatu dinamika yang tidak bisa kita hindari,

Karena hidup itu adalah kehidupan,

yaitu sesuatu yang memiliki makna atau arti

yaitu sesuatu yang memiliki pergerakan dan bukannya sesuatu yang statis.

Namun, tatkala hidup itu menjadi suatu rutinitas, maka rasa akan hidup itu perlahan tapi pasti akan menjauh, berhenti atau bahkan menjadi tiada makna.

Sehingga tidaklah jarang kita mendapati seseorang yang mengaku merasa terasing di dalam pergaulan kehidupannya sendiri, atau seseorang justru merasa kesepian padahal ia sedang berada ditengah tengah riuh rendahnya gerombolan manusia yang sedang asik bercengkerama.


Anehkah hal tersebut ?

Tidak juga, kalau kita mau menyelami tentang makna kehidupan.

Menyadari bahwa hidup adalah suatu dinamika, maka tidaklah heran apabila dinamika itu “mati”, maka “rasa” akan kehidupan pun seolah olah ikut mati pula.


Dimensi dari makna kehidupan itu sendiri adalah adanya pertalian yang erat antara rasa dan karsa yang saling mempengaruhi yang kemudian melahirkan suatu energi tersendiri yang menggerakkan hati, nurani dan raga. Ketika persatuan hati dan nurani yang dilandasi rasa dan karsa mampu menggerakkan raga, itulah kehidupan.


Hidup yang lebih hidup.

Manusia adalah mahluk sosial yang diciptakan oleh ALLAH SWT dengan segala kesempurnaannya. Namun demikian karena sempurna yang benar benar sempurna itu hanyalah milik ALLAH SWT, maka kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia mempunyai batasan dan hanyalah bersifat fana belaka, yang sewaktu-waktu bisa hilang ataupun pergi (dengan sendirinya) dari dirinya.


Ditambah lagi, karena manusia memiliki ego yang menyebabkan manusia tidak akan pernah puas dengan segala sesuatu yang sudah dimiliki, maka manusia akan terus berupaya untuk mencari dan mencari untuk lebih memiliki dan memuaskan dirinya sebesar-besarnya.


Maka tidaklah mengherankan kemudian pada diri manusia timbul suatu keinginan untuk “Hidup Yang Lebih Hidup”.

Karenanya suatu saat, untuk lebih menikmati hidup yang lebih hidup

Manusia kadang “melanggar aturan”, “breaking the rule “atau lebih biasa dikenal dengan “melanggar pakem”.


Bolehkah hal ini dilakukan ?

Sebenarnya hal tersebut boleh-boleh saja, sah-sah saja

Karena setiap rasa dan karsa dari kehidupan manusia berbeda antara satu dengan yang lain.


Namun demikian sebelum kita keluar dari pakem kehidupan, haruslah terlebih dahulu mengerti dan memahami pakem yang berlaku, sehingga tindakan diluar pakem yang kita lakukan, benar benar kita sadari kebenaran, maksud dan tujuannya.


Apa itu pakem kehidupan ?,

Yang dimaksud pakem kehidupan disini adalah suatu norma dasar tentang tata cara berkehidupan yang “disepakati” kebenarannya oleh kebanyakan untuk dipakai saling berinteraksi antar sesama.


Kenapa disepakati bukannya diyakini. Inilah yang perlu disadari, karena antara kesepakatan dan keyakinan mempunyai pengertian yang berbeda.


Kesepakatan pada akhirnya menimbulkan suatu penerimaan dari suatu kondisi tertentu, sedangkan keyakinan adalah suatu bentuk pembenaran terhadap sesuatu yang kadangkala bertentangan dengan kesepakatan yang ada.


Mengerti dan memahami pakem adalah suatu hal yang mutlak, karena pakem inilah yang selama ini dipakai oleh khalayak kebanyakan sebagai norma dasar dalam berkehidupan, sehingga dengan mengerti dan menguasainya, tindakan diluar pakem yang kita lakukan dipandang khalayak hanyalah sebatas “nyentrik” belaka, bukannya sebagai tindakan yang “mbalelo”.


Nyentrik.

Kenyentrikan dalam hidup adalah suatu yang wajar wajar saja saat ini, karena, seiring dengan perkembangan jaman, dimana manusia lebih terbuka mata, cara pandang dan wawasan, menjadikan manusia lebih bisa menerima suatu hal yang baru, suatu sudut pandang yang baru, daripada hal-hal yang normal begitu saja.


Seperti diketahui, kenyentrikan yang berasal dari kata, nyentrik mengandung arti unik, lain daripada yang lain, dan tidak pada umumnya (melawan arus) terlepas dari benar atau salah.


Dengan demikian, maka kenyentrikan seseorang dalam rangka menikmati hidup yang lebih hidup tidak bisa serta merta dianggap negatif atau salah. Dengan terlebih dahulu mengerti dan memahami pakem atau norma yang berlaku maka tindakan nyentrik yang dilakukan tentunya sudah dilandasi dengan parameter yang dapat dipertanggungjawabkan.


Parameter inilah yang kemudian menjadi acuan “benar” atau “salah” tindakan nyentrik tersebut. Karena kadangkala sesuatu yang salah tetapi karena khalayak banyak sudah terbiasa dengan kesalahan tersebut, atau sudah biasa melakukan kesalahan tersebut, maka ketika ada pendatang baru yang “justru melakukan hal yang benar” maka ia lah yang dikatakan salah, bukannya sebaliknya. Inilah suatu keanehan dari hidup, tapi itulah yang kemudian menjadikan hidup itu lebih berdinamika, sehingga tidaklah heran kemudian melahirkan suatu genre baru, yaitu sekelompok orang yang ingin menikmati hidup yang lebih hidup.


Mbalelo.

Bagaimana dengan mbalelo ?

Nyentrik sangatlah berbeda dengan mbalelo, karena mbalelo, yaitu suatu kosa kata dari bahasa jawa yang berarti menentang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan lebih condong kepada perlawanan dengan keras terhadap arus kehidupan atau norma dasar yang berlaku dan diyakini oleh khalayak.


Mbalelo lebih mengutamakan atau mengedepankan selera pribadi atau pandangan pribadi yang meyakini diri pribadinyalah yang betul, sedangkan pandangan orang lain itulah yang salah, tanpa mau melihat aturan atau norma yang berlaku.


Memang disadari bahwa suatu aturan atau norma di dunia ini yang notabene adalah buatan manusia tidaklah sempurna, tidak kekal sifatnya dan dapat dirubah rubah sesuai dengan kepentingan, atau jaman yang dihadapi atau rezim yang berkuasa.


Namun demikian seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk dapat menjalin suatu interaksi yang positif antar sesama manusia, maka diperlukan akan adanya pemahaman dan pengertian tentang pakem yang berlaku. Pengertian dan pemahaman tentang pakem yang berlaku disini adalah adanya “kemauan” dan “kesadaran” untuk menerima dan menjalankan pakem tersebut.


Dalam konotasi nyentrik, pakem yang ada tetap diterima dan dijalankan namun dipoles dan disentuh sedikit ( atau banyak ) dengan suatu rasa atau seni, sehingga dalam implementasinya menjadikan sedikit berbeda dengan sesuatu yang ada, namun sesuatu tersebut menjadi lebih bermakna, menjadi lebih hidup bagi si pelakunya.


Namun dalam konotasi mbalelo, segala aturan dan pakem yang berlaku ditabrak begitu saja, dianggap salah. Si pelaku lebih mengedepankan ego daripada rasa atau seni, sehingga walaupun sesuatu yang dilakukan itu dirasa lebih hidup, tapi itu hanya pada dirinya saja namun pada akhirnya menjadi tidak bermakna bagi orang lain, karena keunikan yang diciptakan tidak menimbulkan pengakuan dari orang lain yang menjadi nilai pembenaran dan pemuasan.


Karena interaksi antar manusia akan lebih hidup apabila adanya pengakuan, dan dari pengakuan tersebut akan menimbulkan rasa ingin mencoba, mencontoh dan meniru bagi yang lain. Sehingga premis tentang manusia tak akan pernah puas dapat terbukti kebenarannya.


Maka, marilah kita menikmati hidup ini, dan apabila kita mampu marilah kita menikmati hidup yang lebih hidup.

Salam,

1 komentar:

Terimakasih atas perhatian anda, silahkan tinggalkan pesan dan kesan anda