1.8.18

PENGELOLAAN SUMBER DAYA PANGAN YANG BERDAULAT DAN MANDIRI GUNA PEMBANGUNAN KOMPETITIF PEREKONOMIAN



Sumber Daya Pangan yang Berdaulat dan Mandiri

Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar dan utama bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup, oleh karena itu kecukupan pangan bagi setiap orang pada setiap waktu merupakan hak azazi yang harus dipenuhi.[1] Kebutuhan pangan peduduk dunia terus meningkat seiring dengan makin bertambahnya penduduk dunia. Penduduk dunia berjumlah sekitar 7 milyar orang dan pada 2045 diprediksi akan mencapai 9 miliar atau hampir 10 miliar orang. Sementara itu penduduk Indonesia kini sudah berjumlah 265 juta orang, pada urutan ke 4 setelah Amerika, India dan China, dan diperkirakan pada tahun 2035 akan menembus angka 300 juta jiwa.[2]  Kondisi demikian membutuhkan kesadaran bagi kita untuk dapat mengelola sumber daya pangan, agar dapat memenuhi kebutuhan pangan secara berdaulat dan mandiri.

Kedaulatan pangan (food sovereignty) didefinisikan sebagai hak setiap orang, masyarakat, dan negara untuk menentukan kebijakan pangan sendiri dengan memprioritaskan produk pangan lokal untuk kebutuhan sendiri, serta melarang praktik perdagangan pangan dengan cara dumping.[3]  Berdasarkan pengertian tersebut maka menjadi hak berdaulat suatu negara untuk menentukan dan mengendalikan sistem produksi, distribusi, dan konsumsi pangan sendiri, sesuai dengan kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya lokal, serta bebas dari campur tangan negara lain.

Kedaulatan pangan Indonesia erat kaitannya dengan potensi pangan dan ketahanan pangan nasional. Potensi pangan kita sangat besar, berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Indonesia memiliki 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrsat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu.[4] 

Data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2017 Indonesia mengimpor gandum 11,4 juta ton. Volumenya meningkat 9% dibandingkan dengan realisasi 2016 yang sebesar 10,53 juta ton, sedangkan impor beras 257 ribu ton, turun 80 persen dibanding tahun sebelumnya mencapai 1,28 juta ton. World Food Program (WFP) tahun 2015 mencatat 15 persen dari 398 kabupaten di Indonesia dinilai rentan akan kerawanan pangan, sebagian besar kecamatan yang dikategorikan rawan pangan berada di Papua.[5]

Berdasarkan data-data diatas, dilihat dari besarnya ketergantungan pada impor gandum dan beras, serta adanya indentifikasi beberapa daerah rentan akan pangan, dapat dikatakan potensi pangan yang besar belum dikelola dengan baik, bahkan terkesan diabaikan yang mengakibatkan Indonesia belum berdaulat dan mandiri.  Kondisi demikian akan berpengaruh terhadap upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif, yang merupakan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian sesuai dengan RPJM IV(2020-2024).


Pembangunan Kompetitif Perekonomian

Era global menghadirkan berbagai tantangan dalam pembangunan nasional, sehingga dibutuhkan kreativitas,   inovasi   dan penguasaan teknologi dalam memanfaatkan peluang yang ada. Demikian pula halnya dalam pembangunan ekonomi, agar pembangunan perekonomian mempunyai daya saing, maka dibutuhkan nilai kompetitif, yang diwujudkan dalam bentuk kesatuan antara kreativitas dan inovasi serta ditunjang Iptek agar dapat mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi nasional

Pembangunan ekonomi erat hubungannya dengan sektor pangan. Undang-Undang tentang Pangan mengamanatkan bahwa “penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan nasional”.[6] Dari amanat tersebut jelas sekali bahwa pangan mempunyai posisi penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai pilar utama yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial dan politik.  Maka menjadi penting pembangunan perekonomian Indonesia diarahkan untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan. Dengan demikian mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan merupakan hal mendasar yang sangat besar arti dan manfaatnya dalam mendukung pembangunan kompetitif perekonomian.

Pengelolaan sumber daya pangan agar terwujud ketahanan pangan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu lahan, infrastruktur dan teknologi dan SDM. Pengelolaan lahan yang benar akan berdampak pada produksi, persoalannya adalah lahan pertanian sebagai salah satu penghasil pangan makin berkurang, sehingga sangat diperlukan penambahan lahan. Untuk itu diperlukan langkah konkrit berupa penegakan aturan sesuai Undang-Undang Agraria secara konsisten, percepatan proses sertifikasi lahan pertanian, rencana tata ruang yang melindungi lahan pertanian produktif dan subur.

Infrastruktur berperan penting dalam memperkokoh sektor pangan, karena infrastruktur akan menjamin kelancaran distribusi produk pangan. Pada sektor pertanian irigasi dan waduk merupakan hal yang patut menjadi perhatian, karenanya pemerintah melakukan realokasi subsidi BBM untuk membiayai infrastruktur berupa pembangunan 25 waduk baru dan irigasi untuk 1 juta hektar sawah.[7]  Disamping pembangunan waduk dan irigasi pemerintah juga patut memperhatikan aksesbilitas jalan yang akan memudahkan perolehan sarana produksi.

Teknologi dan dan kualitas SDM juga harus dikelola dengan baik agar dapat mendukung pencapaian ketahanan pangan.  Penguasaan teknologi pertanian, pemasaran dan standar kualitas yang rendah merupakan cerminan kualitas petani saat ini. Karenanya pemberdayaan petani menjadi sangat penting melalui pelatihan, penyuluhan dan bantuan teknis.  Langkah ini perlu juga didukung oleh kalangan akademis dalam bentuk penelitian dan pengembangan agar tercipta teknologi unggulan disektor pangan.

Dengan tercapainya ketahanan pangan melalui pengelolaan sumber daya pangan dapat menggerakkan roda perekonomian baik ditingkat pusat maupun daerah, namun yang tetap perlu diperhatikan adalah produk-produk pangan harus mempunyai keunggulan kompetitif agar mampu bersaing.


[1] M. Ismet, Tantangan Mewujudkan Kebijakan Pangan Nasional yang Kuat, Majalah Pangan Nomor Vol. 16 No.48 Januari 2007
[2] Materi Pokok Bidang Studi Sumber Kekayaan Alam, Lemhannas RI, 2018, hal.113
[3] Deklarasi Organisasi Buruh Tani dan Petani Kecil Dunia, La Via Compasina, tahun 1996
[4] https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20180227/281505046709087
[5] Icha Rastika, “WFP: 15 Persen dari 398 Kabupaten Masih Rawan Pangan”, Kompas, 08/07/2015
[6] Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

[7] http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2016/03/2-TAHUN-JOKOWI-JK-UPDATE-17-OKT-2016-KSP.pdf.        

1 komentar:

  1. Top Free Football Betting Sites in Korea in 2021
    Top Free Football Betting Sites in Korea · 1xBet · BetWay · BetDa.com · 1xBet · BetDa.com · 1xbet.com · 1xbet.com 1xbet login · BetDa.com · 1xBet.com.

    BalasHapus

Terimakasih atas perhatian anda, silahkan tinggalkan pesan dan kesan anda